Senin, 22 Desember 2014

Tri wulan

Terima kasih untuk tiga bulan ini....
Kutemukan sgala yang tak pernah kualami sebelumnya
Satu kata ridho orangtua
Kutapaki kehidupan baru
Pencapaian terindah tahun ini adalah melepaskan
Apa yang tak seharusnya kupertahankan
Tapi setidaknya ini kan jadiku bekal
dipersimpangan ...
Terus melaju
Tak ada pilihan selain terus berjalan
Terima kasih...
President university...
UI
Trans7
IpB
BI
Mugo

Jumat, 05 Desember 2014

Mangrove

Tak hanya sebagai pelindung dari bahaya
abrasi, hutan mangrove ternyata bisa
dimanfaatkan sebagai sumber pangan yang
sarat nilai gizi.
Naiknya harga sembako ikut mempengaruhi
turunnya konsumsi gizi masyarakat. Alhasil,
masalah kekurangan gizi banyak melanda
masyarakat. Masyarakat akhirnya mengambil
jalan pintas dengan memanfaatkan makanan
kadarluarsa. Cara itu justru makin menyulitkan
masyarakat untuk mendapat pangan yang
cukup gizi.
Jika mau lebih berkreasi, masih banyak sumber
pangan yang bernilai gizi, dan tak pernah
terpikirkan oleh khalayak umum. Hasil dari
hutan mangrove, misalnya. Hutan ini banyak
menghasilkan sumber pangan bernilai gizi
tinggi.
Selama ini, Mangrove atau lazim disebut
sebagai hutan bakau, sebagai sarana
perlindungan terhadap abrasi, pemanfaatan
kayunya, hingga pencegah penyakit malaria.
Letaknya yang berada di garis pantai, menjadi
daerah sumber resapan air yang potensial.
Selain itu, mangrove banyak menjadi habitat
flora dan fauna yang menembah kaya
ekosistem pantai..
Luas hutan mangrove di Indonesia sendiri
merupakan yang terbesar di dunia. Ini
dikarenakan bentuk negara Indonesia yang
merupakan negara kepulauan. Dimana
Indonesia memiliki luas perairan yang lebih
besar ketimbang luas daratannya.
Tak hanya untuk bahan industri kayu,
mangrove ternyata bisa menghasilkan sumber
alternatif pangan. Contoh buah mangrove yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan
misalnya, buah Api-api dan buah Pidada.
Ialah Ida Farida yang secara kreatif
memaanfaatkan buah mangrove sebagai
sumber pangan. Warga desa Pantai Sederhana,
Kecamatan Muara Gembong ini memodifikasi
buah mangrove semisal api-api, dan pidada
menjadi berbagai olahan makanan.
Hasil olahan buah Api-api dan buah Pidada
dapat berupa bolu, puding, bapao, ketimus,
donat. Tak hanya makanan, buah olahannya
pun dapat berupa minuman. Sirup, jus, dawet,
kolak contohnya. Tak ketinggalan, olahannya
juga bisa menjadi lauk urap, keripik, lumpia.
Yang harus diketahui, untuk mengolah buah
api-api dan pidada menjadi bahan siap makan
tidak boleh sembarangan. Buah ini terdapat
terdapat kandungan senyawa toxic yang cukup
berbahaya bila dikonsumsi manusia, yakni HCN
(asam sianida). Senyawa ini dalam dosis
0,5-3,5 mg/kg berat badan dapat mematikan
manusia. Karena bila berada dalam tubuh
mampu mengganggu enzim sitokrom-oksidase
yang menstimulir reaksi pernafasan pada
organisme aerobik.
Kurang lebih proses pengolahannya seperti ini:
langkah pertama ialah kupas kulit buah lalu
potong menjadi empat, dan dibuang kapas
putihnya. Kedua, masak air hingga mendidih,
lalu masukkan buah hingga terendam dengan
air. ketiga. masukkan abu gosok, aduk hingga
rata. Keempat, pegang dengan tangan apabila
kelihatan setengah matang lalau tiriskan.
Kelima, cuci hingga bersih kulit luarnya Hingga
kelihatan berubah dari warna aslinya. Keenam,
rendam dengan air bersih. Terakhir, ganti air
rendaman lima jam sekali atau apabila air
rendaman berasa pahit, lakukan proses cuci
rendam ini sampai airnya terasa tawar.
“Proses ini kurang lebih memakan waktu dua
hari,” ungkap Ida. Setelah melewati proses
yang panjang, maka bahan setengah jadi itu
pun siap diolah dan dijadikan berbagai resep
modifikasi.
Proses pengolahan yang memakan waktu lama
ini dibutuhkan untuk menetralisir kadar HCN
dalam buah. HCN mempunyai sifat volatile,
yakni mudah menguap dalam suhu rendah,
sehingga aman untuk dikonsumsi. Pengolahan
ini juga bertujuan untuk mengurangi kadar
garam dalam buah. Mengingat buah mangrove
yang habitatnya di pinggir pantai.
Mengenai kandungan gizi yang terdapat dalam
buah mangrove pun bisa dibilang lengkap.
Misalnya, dalam buah Api-api terdapat
terdapat 76,56 gram unsure karbohidrat, 0,9
gram lemak, 4,83 gram protein, 18,52 air.
Dengan kandungan gizi sebesar itu bisa
menjadikan hasil olehan buah mangrove
menjadi makanan bergizi dan menyimpan
banyak energi. Selain itu, kandungan dalan
buah mangrove juga bisa dimanfaatkan untuk
mengganti sel-sel yang rusak dan
mempertahankan tekanan osmosis dalam
darah.
Masih Sebatas Lokalitas
Sejarah mencatat sejak abad ke-16, kerajaan
Gowa di Sulewesi Selatan pun telah lebih dulu
mengkonsumsi hasil mangrove. “Sebenarnya
pemaanfaatan olahan buah mangrove ini dari
nenek moyang kita sudah makan,” ungkap Ida.
Masyarakat di pesisir dan kawasan hutan
bakau sendiri telah lama mengkonsumsi buah
mangrove. Namun masyarakat umum belum
banyak yang memanfaatkannya sebagai
sumber pangan alternatif. Penyebabnya, karena
kurangnya informasi tentang manfaat
mangrove sebagai sumber pangan.
Ida, yang merupakan istri seorang pegawai
puskesmas ini juga aktif dalam upaya
menyosialisasikan mangrove sebagai sumber
pangan. Berawal ketika Lembaga Pengkajian
dan Pengembangan Mangrove (LPP Mangrove)
mengadakan lomba masak dengan bahan baku
dari buah mangrove. “Saat itu saya menjadi
pemenangnya,” ungkap ibu tiga anak itu.
Dari awal kemenangannya dalam lomba itu,
Ida sering pergi ke luar kota bersama LPP
Mangrove. Tujuannya untuk menyosialisasikan
hasil resep buatannya yang berbahan baku
buah mangrove. Hingga kini, sudah tiga puluh
resep yang berhasil dirangkum Ida menjadi
buku oleh LPP Mangrove juga dalam upaya
sosialisasinya akan buah mangrove..
“Saya baru pulang dari Sidoarjo untuk memberi
pelatihan. Rencananya akan berangkat lagi ke
Papua,” ungkapnya. Sayangnya, ia batal
berangkat karena buah pidadanya sedang tidak
musim, katanya.
Dalam upaya lebih menegembangkan potensi
pangan mangrove, Ida juga memasarkan
produk buatanya. Namun banyak kendala yang
ia temui. Pertama, karena buah ini musiman,
produksinya pun tidak rutin. Kedua, belum
adanya pihak yang memodali pemasaran
produknya juga menjadi kendala dalam soal
produksi dan distribusinya.
Kini, produksinnya hanya berupa industri
rumahan. Meski sudah ada yang berbentuk
kelompok usaha. “Itu masih di bawah PKK
Muara Gembong,” tambah Ida. Ida hanya
menjual produknya di daerah Muara Gembong
saja. Alasannya, Ida belum mampu menjualnya
ke luar daerah karena terbentur dengan
masalah dana.
Dilihat dari segi ekonomis usaha ini cukup
menjanjikan. Misalnya, Satu botol Sirup Pidada
berukuran 200ml dihargai lima ribu rupiah,
Ditambah dengan masa kadarluarsa yang
mencapai dua bulan tentu akan menjadi sebuah
usaha yang menguntungkan.
Dalam memodifikasi resepnya, Ida mengaku
memiliki pengalaman menarik. “waktu itu saya
ingin membuat dodol pidada, tapi waktu saya
buat adonannya terlalau kental, ya sudah, saya
buat permen aja” kenang perempuan yang
sebelumnya mengajar di Mts di sebelah
rumahnya ini.
Kondisi ekonomi yang semakin menghimpit,
usaha kreatif yang Ida lakukan mestinya bisa
menjadi contoh. Peran aktif pemerintah juga
sangat diperlukan. Disamping untuk
meningkatkan keanekaragaman hayati, juga
dapat memberikan peluang usaha bagi industri
rumahan seperti apa yang dilakukan oleh Ida..
Karena itu, kelestarian hutan mangrove perlu
digalakkan. Mengingat banyaknya alih fungsi
lahan mangrove yang dijadikan lahan
pemukiman, industri, juga pertambangan.
Selain merusak ekosistem pantai, hal tersebut
juga dapat memandulkan sumber pangan
alternatif yang bernilai gizi tinggi. Menjadi
tugas kita untuk menjaga hutan mangrove
terluas di dunia ini.

Khairima

Menikmati jingga yang indah bersanding ilalang
Dan
Tak kan ilalang ditengah bunga
Untuk diri ya... diri
Bagaimana diprioritaskan jika
Prioritas diripun  diabaikan
Workaholic
WorktoKhaliq
n_n enjoy the moment
Akan so sweet pada waktunya n_n